Jumat, 17 Januari 2014

Kyai Wilah : Sang Panglima Perang Kerajaan Pasir Luhur



     Di wilayah barat daya kabupaten Purbalingga, terdapat makam seorang sosok karismatis yang masih menyimpan misteri bagi banyak orang termasuk di sekitar areal pemakamannya di tengah persawahan antara dukuh Kedungwringin desa Karangjambe kecamatan Padamara dan dukuh wilangan cacing desa Kedungwuluh kecamatan Kalimanah. Tidak banyak orang yang mengetahui siapakah sosok yang bernama Kyai Wilah itu. Siapakah nama aslinya juga masih menjadi rahasia besar.
     Kyai Wilah semasa hayatnya adalah seorang Panglima perang dari Kadipaten Pasir Luhur. Ia menantu dari Adipati Pasir Luhur Raden Kendadaha. Kadipaten Pasir Luhur terletak di wilayah Kelurahan Pasir, Tamansari dan sekitarnya kecamatan Karanglewas dan Kecamatan Purwokerto Barat.
Beliau memiliki tubuh yang gagah perkasa, dan keberanian luar biasa, Kyai Wilah sering unggul dalam pertempuran. Banyak tanda jasa dan penghargaan yang ia terima.
Suatu hari Adipati Kendadaha menerima surat dari Adipati Bonjok (Banyumas). Maksudnya untuk melamar Puteri Adipati Kendadaha yang telah menjadi isteri Kyai Wilah. Setelah mengerti isi surat itu, segera Kyai Wilah menemui Adipati Bonjok yang dianggap menghinanya.
Dalam pertempuran, kuda Adipati Bonjok roboh terkena tombak Kyai Wilah sehingga menyulitkan tuannya untuk menangkis serangan lawan. Namun demikian, Kyai Wilah sendiri menderita luka berat, sehingga jalannya pincang. Ketika sedang merasakan betapa sakit pada sekujur tubuhnya, ia mendengar kabar, bahwa jabatannya sebagai Panglima perang akan diganti orang lain. Karena merasa malu, secara diam-diam ia melarikan diri ke Purbalingga bersama anaknya yang bernama Masajeng Lanjar dan menetap di dukuh wilangan Desa Kedungwuluh hingga akhir hayatnya.
Makam Kyai Wilah ini tidak jauh dari Makam Masajeng Lanjar. Berdekatan dengan makam Masajeng Lanjar terdapat makam Kyai Yudantaka, kakak dari Kyai Arsantaka.